Penyebab Kanker Pencernaan Gastrointestinal , Kanker pencernaan atau Gastrointestinal Cancer barangkali merupakan jenis penyakit kanker yang kurang popular di telinga Anda. Namun jangan anggap remeh penyakit ini, karena bisa saja memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan sebagaimana jenis kanker lainnya seperti halnya kanker serviks, kanker kerongkongan, kanker usus, kanker otak, kanker payudara, kanker kandung kemih, kanker paru-paru dan lain sebagainya.
Penyebab Kanker Pencernaan Gastrointestinal
Penyebab dan pemicu kanker pencernaan ini ada beberapa hal, dan terutama risiko kanker gastrointestinal akan meningkat antara lain pada:
- Orang yang hobi merokok serta minum alkohol
- Pasien atau penderita anemia defisiensi besi
- Orang yang mengalami malnutrisi
- Pelaku diet rendah karbohidrat
Fakta menunjukkan adanya peningkatan kejadian kanker gastrointestinal pada pasien anemia defisiensi besi. Prenderita laki-laki dengan anemia defisiensi besi, usia lebih dari 50 tahun, dan memiliki kadar hemoglobin kurang dari 9 g/dL tampaknya memiliki risiko tinggi menderita tumor gastrointestinal, hasil laporan tim peneliti dari UK.
Anemia defisiensi besi sangat umum ditemukan dalam praktek sehari-hari, namun sampai saat ini tidak jelas hubungannya, anemia menjadi faktor risiko untuk terjadinya keganasan gastrointestinal, Dr Martin W. James dari Wolfson Digestive Disease Centre, University Hospital, Nottingham mengatakan kepada Reuters Health.
Dr. James dan timnya melakukan penelitian prospektif kohort terhadap 695 pasien yang mengalami anemia defisiensi besi, dua pertiganya adalah wanita. Yang diamati oleh mereka adalah usia, gender, konsentrasi Hb, penggunaan obat Non Steroid Anti Inflammatory (NSAID) dan penggunaan warfarin.
Setelah diamati selama 2 tahun 13,1% didiagnosis menderita keganasan, 11,2% menderita keganasan gastrointestinal, peneliti melaporkan November, pada European Journal of Gastroenterology & Hepatology.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan catatan sebelumnya yang mengatakan bahwa faktor risiko kanker gastrointestinal adalah pria usia diatas 50 tahun, dan memiliki kadar Hb yang rendah.
Baca : Penyebab, Gejala Kanker Mulut dan Pengobatannya
Anemia defisiensi besi tampaknya bukan akibat dari aspirin, warfarin atau NSAID. Orang sering kali menghubungkan kejadian anemia dengan perdarahan yang disebabkan aspirin atau warfarin, namun yang menarik ternyata hasil penelitian tersebut tidak menunjukkan kejadian yang bermakna antara penggunaan obat dengan kanker.
Kenyataan lain membuktikan bahwa diet rendah karbohidrat meningkatkan risiko kanker pencernaan. Bagi para pelaku diet, diet rendah karbohidrat termasuk yang populer. Pasalnya dalam enam bulan pertama berat badan akan turun dengan drastis. Namun diet yang menganjurkan penganutnya untuk tak mengonsumsi nasi, kentang, roti, atau sumber karbohidrat lainnya ini ternyata meningkatkan risiko kanker pencernaan.
Tim peneliti dari lembaga riset The Rowett mengungkapkan makanan yang rendah karbohidrat akan mengurangi jumlah bakteri penyerang kanker yang ada di usus. Karena tidak mengonsumsi karbohidrat, para pelaku diet yang disebut juga dengan diet Atkins, mendapatkan energi dari makanan yang tinggi protein dan lemak.
Padahal jika diet ini dilakukan dalam jangka panjang, risiko terjangkit berbagai penyakit juga besar. Antara lain penyumbatan pembuluh darah karena lemak yang berlebihan. Makanan tinggi lemak seperti daging juga meningkatkan risiko penyakit kanker. Selain itu kelebihan protein juga akan membebani ginjal.
Baca juga : Sakit Maag, Penyakit Lambung yang Umum Ditemukan
Sekali lagi perlu diingatkan pentingnya melakukan diet rendah kalori dengan gizi seimbang. Ini berarti, Anda tetap mengonsumsi makanan lengkap yang mengandung sumber karbohidrat, protein, dan lemak sehingga tidak terjadi gangguan metabolisme. Yang dibatasi hanyalah jumlah kalori yang masuk, atau dengan kata lain membatasi porsi. Ditambah lagi dengan olahraga secara teratur.
Di sisi lain, para peneliti kembali mengungkapkan permasalahan malnutrisi dan dampaknya, namun spesifik pada 95 (n) pasien kanker saluran cerna bagian atas dan kolorektal yang menjalani pembedahan. Parameter yang dinilai adalah perubahan berat badan, asupan nutrisi, biokimia, komplikasi post-operasi, serta lama rawat inap. Hasilnya adalah sebagai berikut:
- Rerata lama rawat inap secara bermakna lebih lama pada pasien yang mengalami penurunan berat badan pre-operasi dibandingkan yang tidak mengalami penurunan berat badan.
- Rendahnya kadar albumin dan penurunan berat badan post-operasi juga menjadi faktor prediktif meningkatnya rerata lama rawat inap. Pasien dengan malnutrisi mengalami rawat inap dua kali lebih lama/sering dibandingkan pasien tanpa malnutrisi.
- Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nutrisi post-operasi yang memadai berkorelasi positif terhadap lamanya masa rawat inap.
Malnutrisi merupakan kondisi yang sering terjadi pada pasien kanker gastrointestinal yang menjalani pembedahan. Status nutrisi yang buruk bersama nutrisi pasca operasi yang terlambat serta tidak memadai berhubungan dengan perburukan hasil akhir klinis.
Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa penurunan berat badan, baik yang terjadi pre- maupun post-operasi pada pasien kanker saluran cerna berhubungan dengan hasil akhir klinis yang lebih buruk. Lebih lama serta lebih seringnya rawat inap yang terjadi pada pasien malnutrisi tersebut tentu berdampak langsung terhadap kualitas hidup, komplikasi rawat inap (misal, infeksi nosokomial), hingga biaya terapi. Hasil penelitian ini semakin menguatkan akan pentingnya mencukupi kebutuhan nutrisi pada pasien kanker.
Baca juga : Solusi Mengatasi Penyakit Maag Tanpa Mengobati
Semoga saja informasi kesehatan terbaru tentang beberapa jenis Penyebab Kanker Pencernaan Gastrointestinal ini dapat memberikan manfaat bagi Anda.
1 komentar:
[…] baca : Penyebab Kanker Pencernaan Gastrointestinal […]
ReplyEmoticonEmoticon